Disnak Dompu Kembangkan SPR Menuju Swasembada Daging Nasional
PLT Kepala Disnak Dompu, Drs H Ghaziamansyuri MAP, saat mempresentasikan ternak sapi. foto: yani AKTUALITA.INFO , DOMPU - Dinas Peterna...
5/15/2016 08:27:00 PM
https://www.aktualita.info/2016/05/disnak-dompu-kembangkan-spr-menuju.html
PLT Kepala Disnak Dompu, Drs H Ghaziamansyuri MAP, saat mempresentasikan ternak sapi. foto: yani |
AKTUALITA.INFO, DOMPU - Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Dompu, mulai tahun anggaran 2015 mengembangkan Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Pengembangan SPR merupakan implementasi dari visi Disnak Dompu, yaitu menyejahterkan peternak. Selain itu, dalam rangka mewujudkan swasembada daging nasional tahun 2017.
Pelaksana Tugas Kepala Disnak Kabupaten Dompu, Drs H Gaziamansyuri MAP, mengatakan, selama ini pola peternakan yang dilakukan oleh peternak di Kabupaten Dompu, khususnya di kawasan Savana Doroncanga, cenderung menerapkan pola ekstensifikasi. Yakni ternak dilepas begitu saja selama 24 jam sepanjang tahun, dengan jumlah populasi ternak sapi dan kerbau sekitar 15 ribu ekor, yang dimiliki oleh 700 peternak. “Kawasan Doroncanga merupakan daerah pelepasan ternak di Dompu,” katanya pada Aktualita.info, Sabtu (14/5).
Dijelaskannya, pola ekstensifikasi sebenarnya bukan pemeliharaan atau pengembangan, melainkan pembiaran ternak. Pola tersebut sudah tidak sesuai dengan kondisi kekinian, jika dilihat dari kompetisi dunia yang makin global. “Maka perlu ada langkah inovatif melalui pendekatan ilmu dan teknologi,” ujar Ghaziamansyuri.
Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah mulai berpikir dan mengambil langkah agar petani bisa lebih sejahtera melalui peningkatan pendapatan petani melalui pendekatan SPR. Pola SPR, dapat menaikan tingkat populasi, mutu dan kualitas ternak.
Dengan terobosan itu, petani diajak untuk memulai peternakan SPR, yaitu peternakan semi intensif. Dimana pengelolaan ternak antara ekstensif dan intensif. Contohnya, malam ternak diikat, sehingga bisa diberikan pakan dan vaksinasi. “Selama ini full 24 jam ternak dilepas begitu saja sepanjang tahun, sehingga sulit dipantau kesehatan dan kualitas perkembangannya,” terang Ghaziamansyuri.
Untuk pengembangan SPR, lanjut dia, pemerintah melalui Bupati Dompu sudah mengeluarkan surat keputusan, yakni memberikan lahan seluas 1.996 hektare untuk areal pelepasan ternak. Diharapkan areal tersebut dimanfaatkan maksimal oleh peternak.
Ghaziamnsyuri berujar, jika selama ini saat musim kering datang, pakan sudah tidak ada. Dengan pola SPR, ketersediaan pakan tetap terjaga, di mana petani juga ikut menanam sebagai bentuk rasa memiliki. Untuk areal pakan dimaksud, tahun 2015 pemerintah sudah menanam sekitar 60 hektare rumput yang diperuntukkan bagi peternak. “Dengan pola SPR, para peternak bisa menanam pakan seperti lamtoro diantara rents ternak (parangga, red),” ujarnya.
Dinas Peternakan, lanjutnya, memberikan pendampingan terhadap peternak seperti ketersediaan pakan, vaksinasi, dan pemantauan populasi serta kualitas ternak. Pendampingan ternak dilakukan oleh tenaga khusus yakni petugas penyuluh lapangan, tenaga inseminasi buatan dan petugas vaksinasi. "Saya ingat perkataan Dirjen Peternakan belum lama ini ketika meresmikan SPR Doroncanga Bangkit. Kalau kita masih mempertahankan pola peternakan ekstensifikasi, maka kita tertinggal 100 tahun," tutur Ghaziamansyuri.
Ia menguraikan, dengan pola SPR peternak bisa memantau mutu berat badan, tinggi, penyakit, mutu daging, dan populasi ternak. Saat ini di Dompu mendapat SPR kerbau dari Dirjend Peternakan. Pemerintah sudah menyuport pendanaan sebesar Rp800 juta untuk pengadaan vaksinasi, pakan, kandang jepit, timbangan, dan pelatihan.
"Kalau masyarakat mau ikut pola SPR, maka swasembada daging 2017 pasti akan tercapai. Dan kalau SPR ini berkembang, maka kita tidak lagi mengirim ternak hidup melainkan daging beku dan harganya fantastis, karena saat ini mesin pembekuan sedang dijajaki, nanti 2017 baru akan adam," terang Ghaziamansyuri.
Ia menambahkan, pengembangan SPR bekerjasama dengan Universitas Mataram. Diharapkan SPR selain menjadi penopang swasembada daging nasional, juga menjadi wisata ternak terbesar di Indonesia Timur sebagai pendukung destinasi Taman Nasional Gunung Tambora.
[yani]