Ini Popularitas Parpol dan Tingkat Kesukaan Masyarakat di NTB, Nomor Sepuluh Mencengangkan...
Hasil survai MY Institute mengenai popularitas Parpol dan tingkat kesukaan masyarakat NTB. [akt/ist] AKTUALITA.INFO , Kota Bima - Lem...
8/01/2018 10:18:00 AM
https://www.aktualita.info/2018/08/ini-popularitas-parpol-dan-tingkat.html
Hasil survai MY Institute mengenai popularitas Parpol dan tingkat kesukaan masyarakat NTB. [akt/ist] |
AKTUALITA.INFO, Kota Bima - Lembaga survai yang bergerak dibidang politik, MY Institute, menyurvai perbandingan antara popularitas partai politik dengan tingkat kesukaan masyarakat NTB terhadap partai tersebut. Survai tersebut dilaksanakan pada awal Juni hingga Juli 2018 yang lalu.
"Saya dengan teman-teman MY Institute baru saja selesaikan salah satu survai terkait Pemilihan Legislatif pada 2019 mendatang. Survai kali ini bertema Perbandingan antara Popularitas Partai Politik dengan Tingkat Kesukaan Masyarakat NTB terhadap Parpol," ujar Direktur Eksekutif MY Institute, Miftahul Arzak, S.Ikom., MA., dalam keterangan tertulis, Rabu, 1 Agustus 2018.
Miftah menjelaskan survai MY Institute menggunaakn metode Multistage Random Sampling dengan Margin of Error 2,6%, tingkat kepercayaan 95% dan mendapatkan 1200 responden yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Se-Nusa Tenggara Barat.
"Sebagai calon legislatif tentunya perlu untuk memahami peta perpolitikan di Kabupaten/Kota Se-Nusa Tenggara Barat, maka kami dari MY Institute melakukan survai terkait peta partai politik di NTB," jelasnya.
Ia membeberkan ada banyak yang bisa dibaca dari hasil survai tersebut. Namun, ada dua yang pihkanya garis bawahi karena cukup signifikan.
Pertama, jika melihat tingkat popularitas dengan tingkat kesukaan masyarakat NTB terhadap partai politik, yang paling signifikan adalah Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P). Popularitas PDI-P berada pada urutan ketiga sedangkan pada tingkat kesukaan masyarakat pada urutan kesepuluh.
Hal tersebut, menurut Miftah, tentunya dipengaruhi oleh isu-isu keagamaan yang dihembuskan pada partai berlambang banteng tersebut. Apalagi sejak momentum 212 berlangsung di hampir seluruh daerah di Indonesia, PDI-P selalu dikaitkan-kait dengan partai yang tidak pro terhadap kegiatan yang disebut salah satu gerakan umat Islam itu.
Apalagi melihat pergerakan politik nasional, sambung dia, saat ini partai-partai politik saling berebut simpati masyarakat sebagai kubu yang didukung oleh Ulama. "Semua bukan tanpa sebab. Pada survai MY Institute sebelumnya, tingkat keterpilihan seorang pemimpin dengan membawa isu agama hampir dipilih lebih dari setengah pemilih di NTB,” tegas Miftah.
Kedua, selain partai yang masuk dalam 5 besar adalah partai yang sebelumnya telah menduduki kursi parlemen. Menarik diamati juga adalah partai-partai yang baru akan mengikuti pertarungan pada pemilihan legislatif 2019 nanti.
Menurut Miftah, dari keempat Partai Politik yang baru bertarung pada legislatif 2019, suara Perindo cukup tinggi dan konsisten. Tentunya gaung Partai tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kepemiikan salah satu media Nasional oleh ketua umumnya, sehingga lebih mudah memperkanalkan medianya kepada masyarakat.
Sedangkan ketiga partai lainnya (PSI, Partai Garuda, dan Partai Berkarya) perlu menyusun strategi untuk meningkatkan popularitas partainya hingga April 2019 mendatang.
Namun, Miftah menjelaskan bahwa semuanya serba dinamis hingga April 2019 mendatang. Terlebih, beberapa waktu lalu masyarakat NTB diterpa dua situasi politik yang dapat mempengaruhi peta perpolitikan di NTB.
Pertama, keputusan Tuan Guru Bajang (TGB) untuk keluar dari Partai Demokrat. Kedua, Kunjungan Kerja Presiden RI, Jokowi di NTB dua hari lalu yang tidak dapat dipisahkan dengan muatan politik.
"Dalam survai ini pun kami hanya melihat popularitas partai dan tingkat kesukaan masyarakat terhadap partai tertentu, bukan menyurvai calon legislatifnya," katanya.
Namun, perlu dipahami juga bahwa Partai adalah selayaknya pakaian bagi calon legislatif. Ada beberapa masyarakat yang menilai seseorang dari pakaiannya dahulu baru isi hatinya, itu yang perlu dipahami oleh para calon,” tambah Miftah.
[akt.01]