Cerita Banjir Bandang di Kota Bima; Warga Trauma, Harta-Benda Ludes Diterjang Banjir
Kondisi Jembatan gantung penghubung Kelurahan Paruga dan Kelurahan Dara Kota Bima, putus diterjang banjir bandang. Musibah tak dapat ...
1/08/2017 01:59:00 PM
https://www.aktualita.info/2017/01/cerita-banjir-bandang-di-kota-bima.html
Kondisi Jembatan gantung penghubung Kelurahan Paruga dan Kelurahan Dara Kota Bima, putus diterjang banjir bandang. |
Musibah tak dapat ditolak. Kehendak Yang Maha Kuasa ini bisa datang kapan saja, dimana saja, dan dapat menimpa siapa saja. Begitu juga yang terjadi di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu dan Jumat (21 dan 23 Desember 2016). Banjir bandang yang melanda kota mungil di bagian timur Provinsi NTB dua kali berturut-turut ini, menyisakan kesedihan mendalam bagi ratusan ribu jiwa di kota itu. Berikut Catatan Wartawan Aktualita.info, Yudha LM Tudiansyah. (Bagian Ketiga)
Belum kering airmata korban meratapi bencana yang meluluhlantahkan rumah dan harta benda. Belum hilang rasa lelah korban yang semalaman menahan dingin, lapar, dan haus. Belum pudar keringat korban dengan sisa-sisa tenaga, membersihkan rumah dan seisinya. Banjir bandang kembali menerjang Kota Bima.
Banjir bandang susulan ini terjadi Jumat siang (23/12/2016). Air bah kembali menerjang disaat-saat warga korban banjir sedang membersihkan rumah dari sampah dan lumpur. Disaat warga korban banjir sedang mengumpulkan sisa-sisa harta benda yang tergenang dan terbawa arus air.
Banjir bandang susulan ini tergolong besar dari yang pertama. Durasinya pun cukup lama dengan intensitas hujan terus mengguyur. Kadang-kadang ringan, sedang, dan lebat. Dari Jumat siang sekitar pukul 14.00 Wita hingga Sabtu subuh (24/12/2016) sekitar pukul 05.30 Wita. Sempat reda dan surut beberapa jam, namun debit air kembali naik sekitar pukul 07.15 Wita hingga pukul 10.00 Wita. Jalan raya, lorong-lorong perkampungan, bangunan pemerintah, pasar rakyat, pusat perbelanjaan, rumah warga dan sejumlah fasilitas infrastruktur lainnya tak luput dari sasaran banjir bandang susulan.
Suasana warga saat banjir susulan tidak berbeda jauh dari banjir pertama. Tegang dan panik, merias wajah lelah mereka. Bergegas mereka mengevakuasi keluarga masing-masing. Mereka kembali mengungsi. Kali ini, tidak banyak yang mereka bawa. Hanya anggota keluarga dan makanan seadanya. Mereka tak lagi memikirkan harta-benda. Hanya keselamatan yang mereka pikirkan, dan doa yang terus dipanjat agar banjir susulan ini tidak disertai gempa yang berdampak tsunami. Ini yang selalu dikhawatirkan warga korban banjir kala itu, terutama yang berada di wilayah pesisir pantai seperti Kelurahan Tanjung.
Kondisi pagar dan mobil warga yang hanyut terseret air. |
Dampak kerugian korban dalam banjir susulan pun lebih besar. Harta benda korban yang tersisa dan sedapat mungkin mereka temukan dan kumpulkan akibat banjir pertama untuk dibersihkan, hanyut terseret air. Kulkas, televisi, DVD, mesin cuci, komputer, laptop, meja, kursi, tempat tidur, perlatan memasak, pakaian, serta barang dan surat berharga lainnya ludes terbawa arus. Sejumlah mobil dan sepeda motor pun tergenang dan hanyut.
Suasana tak kalah mencekam. Lebih-lebih saat malam. Listrik padam dan jaringan telekomunikasi mati total. Seluruh wilayah dalam kota terutama wilayah yang posisinya rendah, dikepung air yang mengalir cukup deras. Para relawan atas nama pribadi, organisasi, maupun keluarga korban banjir dari Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, sulit menembus wilayah tujuan untuk memberikan bantuan. Karena nyaris seluruh akses menuju ke sana, dikepung air. Bahkan, diantara mereka yang sebelumnya sedang giat menyalurkan bantuan tanggap darurat berupa makanan, minuman, dan obat-obatan pascabanjir bandang pertama, terjebak banjir susulan ini.
Kendati tak ada korban jiwa, bencana ini memberi dampak psikis yang luar biasa. Traumatik seolah menjadi luka yang sulit disembuhkan bagi korban saat itu. Tak sedikit warga korban banjir mengalami sejumlah luka. Ada yang terluka akibat hantaman kayu, kaca, seng, dan material-material tajam lainnya yang terseret banjir. Ada pula yang terluka akibat terjatuh dan terpeleset saat mengevakuasi sanak familinya. Belum lagi yang terluka akibat menginjak paku dan beling. Sungguh menyedihkan.
Pascabanjir bandang pertama dan susulan, korban masih diliputi perasaan takut dan was-was. Apalagi, cuaca saat itu tak kunjung bersahabat. Hujan masih terus mengguyur meski dengan intensitas tak menentu. Langit masih tertutup awan kelam. Cahaya hanya tampak sesaat. Banjir menjadi momok yang sangat menakutkan warga kala itu.
Tatkala hujan mengguyur dan langit hitam pekat, warga mulai panik dan was-was. Bersiap-siap mengungsi lagi sembari memperhatikan kondisi air di jalanan dan got depan rumah masing-masing. Begitu seterusnya kondisi warga setiap kali hujan turun. Belum lagi jika tersiar informasi air sudah meluap di wilayah bagian timur, menambah kepanikan warga korban banjir di wilayah kota bagian tengah dan barat.
Meski sebenarnya informasi itu tidak benar, namun warga tetap panik karena trauma. Siang dan malam warga korban tetap diliputi kakuatiran banjir bakal datang lagi. Tak ada yang bisa istirahat dengan nyaman, dan tak ada yang dapat tidur dengan lelap. Semuanya terjaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir berikutnya. Begitu besar kekuatiran warga saat itu, meski momok banjir tak menerjang lagi.
Bencana banjir bandang tidak hanya memberi efek trauma bagi korban. Tetapi melumpuhkan seluruh aktivitas perkantoran, pendidikan, dan perekonomian. Termasuk pusat perbelanjaan dan pasar rakyat lumpuh total. Kondisi ini semakin menyulitkan warga korban banjir untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Tak ada yang bisa mereka andalkan untuk memenuhi rasa lapar dan haus, karena beras dan air bersih serta peralatan memasak amblas diterjang banjir.
Ibu-ibu dan anak-anak remaja korban banjir menunggu bantuan makanan dan minuman dari warga Dompu di jalanan. |
Lagi-lagi para korban tertolong oleh kemurahan hati masyarakat Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima yang berduyun-duyun memberikan nasi bungkus, air mineral, dan makanan ringan. Atas nama pribadi, organisasi, dan relawan Kabupaten Dompu dan Bima, mereka memberikan makanan dan minuman itu secara langsung kepada warga dari kampung ke kampung yang menjadi korban banjir. Kondisi cuaca yang masih extrim dan akses jalan yang masih tergenang air dengan volume yang cukup riskan, tak menyurutkan niat dan semangat warga Dompu dan Bima menyalurkan bantuan kepada korban. Mereka terus berusaha menyalurkan bantuan langsung kepada korban meski kadang-kadang harus melewati jalan yang berisiko.
Pascbanjir bandang susulan, Kota Bima seperti kota mati. Mati dari seluruh aktivitas perkantoran, pendidikan, dan perekonomian. Di kantor-kantor, sekolah-sekolah, pasar dan pertokoan, serta seluruh jalan raya dipenuhi lumpur dan sampah banjir. Listrik masih padam dan jaringan telekomunikasi belum normal. Baru kembali normal sehari setelah itu. Namun untuk jaringan listrik, baru menyala pada beberapa wilayah saja.
Pascabanjir bandang susulan ini, Kota Bima juga mendadak ramai. Ramai dengan hilir mudik warga Dompu dan Bima yang terus menerus berdatangan memberi bantuan. Belum lagi keramaian warga korban banjir terlihat di mana-mana, terutama di jalanan umum. Mereka berjubel di pinggir jalan menunggu bantuan makanan dan minuman yang datang. Tak jarang mereka berlomba mendapatkan makanan dan minuman dari kendaraan yang lewat. Siapa cepat dia dapat, dan siapa yang kuat mendapat banyak. Begitulah pemandangan yang terlihat saat itu.
Selain itu, Kota Bima mendadak ramai dengan pemberitaan hingga menyita perhatian nasional. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama sejumlah personil dan peralatannya, langsung terjun ke Kota Bima. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, hingga sejumlah menteri terkait juga turun ke Kota Bima. Banjir bandang yang menerjang Kota Bima sebanyak dua kali benar-benar menyita perhatian nasional, karena dampak kerugiannya sangat besar. Mencapai lebih dari Rp1 triliun. (*)
Baca juga artikel terkait: