Pernyataan Kontroversial Firdaus Oiwobo Diluruskan Tetua Masyarakat Wawo, Dae Dewi Cucu Sultan yang Tak Terbantah Sejarahnya
Haji Supratman (kemeja biru langit), salahsatu Tetua Masyarakat Desa Maria Wawo, di tengah-tengah pertemuan keluarga Firdaus dengan Majelis ...
Haji Supratman (kemeja biru langit), salahsatu Tetua Masyarakat Desa Maria Wawo, di tengah-tengah pertemuan keluarga Firdaus dengan Majelis Adat Bima. |
Aktualita, Bima - Pernyataan kontroversial Firdaus Oiwobo yang mengklaim sebagai cicit kandung Sultan Bima, Sultan Ismail Muhammad Syah bin Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah, ditanggapi oleh Haji Supratman, tokoh masyarakat Kecamatan Wawo.
"Saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait juriat Kesultanan Bima yang menurut saya penting agar menjadi jelas," kata Supratman di Museum ASI Mbojo Kesultanan Bima, Rabu, 5 Oktober 2022.
Menurut salahsatu tokoh masyarakat yang dituakan keluarga besar Maria Wawo, Kabupaten Bima ini, pernyataan Firdaus Oiwobo yang mengaku-ngaku sebagai cicit kandung Sultan Ismail Muhammad Syah, hanyalah tutur lisan yang harus ditelusuri kebenarannya dan diteliti sesuai dengan metodologi yang benar. Sehingga kesimpulannya juga benar, tidak menyebar fitnah dan mengada-ngada.
"Menyangkut juriat Kesultanan Bima saya sarankan agar Firdaus dan semua yang terkait, mendalami lagi sejarah tentang kedudukan hingga silsilah Kesultanan Bima dengan cara-cara yang benar dan menggunakan metodologi yang tepat," sarannya.
Supratman menuturkan, sejarah, kedudukan dan silsilah Kesultanan Bima saat ini sudah sangat proporsional. Kalaupun ada perbedaan pendapat diharapkan bisa didalami dan dimusyawarakan bersama.
"Dengan komunikasi dan saling sharing bisa mendapatkan keterangan dan data yang cukup valid. Kita dalami bersamaan secara keilmuan, bila perlu kita libatkan pihak yang kompeten," ujarnya.
Supratman menegaskan, dirinya harus meluruskan pernyataan Firdaus Oiwobo. Karena ada pernyataan Firdaus yang menyeret nama Lembaga Majelis Adat Wawo yang merupakan bagian dari keluarga besarnya.
"Ini baru secara pribadi dan keluarga. Dan nanti akan didorong untuk dibahas di tingkat adat," ujarnya.
Ia juga meminta Firdaus Oiwobo untuk tidak lagi memperdebatkan kedudukan dan silsilah Kesultanan Bima. Sebab sebagian besar masyarakat Wawo sangat menjunjung tinggi Kesultanan Bima.
"Sebagai orang Bima dan untuk diketahui kita yang di Wawo, sangat menjunjung tinggi Kesultanan Bima dari dulu hingga kini dan insyaAllah di masa-masa mendatang," tandasnya.
"Kita tegas menyatakan bahwa Sultan kita yang terakhir adalah Ferry Zulkarnain dan sekarang Jena Teke kita adalah Muhammad Putra Ferryyandi," tegas Supratman.
Sebagai tetua keluarga besar Wawo, Ia merasa penting untuk meluruskan tutur lisan Firdaus yang dinilai sebagai upaya membelokan sejarah silsilah Kesultanan Bima.
"Saya adalah orang yang ada di tengah keluarga besar Wawo yang terkait dengan yang dimaksudkan oleh Firdaus itu, walaupun secara garis keturunan kita belum tahu persis siapa Firdaus ini," imbuhnya. "Kita punya tangungjawab di Bima ini, secara moral secara apapun kita punya tangungjawab, termasuk meluruskan dari pernyataan Firdaus," tambah Supratman.
Eks Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kabupaten Bima ini menambahkan, Dewi Ratna Mukhlisa (Dae Dewi) merupakan cucu kandung Sultan Muhammad Salahuddin. Dae Dewi adalah cucu yang paling bungsu dari sekian banyak cucu Sultan Bima yang ke-14.
"Kami tegaskan lagi Dae Dewi merupakan cucu dari Sultan. Hal itu sudah final dan tidak bisa dibantah sejarahnya" ujar Supratman. "Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi. Jangan fitnah, jangan mengada-ngada dan jangan mendengar yang tidak jelas. Kita juga merasa tidak enak. Saya paham betul soal sejarah Bima ini," pungkas Supratman.
[akt.02]