Perlu Upaya Berkelanjutan, Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting di Kabupaten Bima
Suasana evaluasi pelaksanaan pelaksanaan aksi konvergensi pencegahan dan penanganan stunting. AKTUALITA.INFO , BIMA-Pemerintah Kabupaten...
Suasana evaluasi pelaksanaan pelaksanaan aksi konvergensi pencegahan dan penanganan stunting. |
AKTUALITA.INFO, BIMA-Pemerintah Kabupaten
Bima melalui Dinas Kesehatan, mengevaluasi pelaksanaan aksi konvergensi pencegahan
dan penanganan stunting tingkat Kabupaten Bima.
Evaluasi yang digealr di Aula
Hotel Lila Graha Kota Bima, Selasa (15/12), mengundag 100 peserta yang berasal
dari pejabat perangkat daerah terkait. Yakni, Camat, kepala desa, para
Kepala Puskesmas, koordinator gizi dan pengelola data gizi dari 21 Puskesmas se-Kabupaten
Bima.
Kepala Bidang Kesehatan
Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Bima Alamsyah SKM dalam pengantarnya
mengatakan, aksi konvergensi pencegahan dan penanganan stunting dilaksanakan
setiap akhir tahun. Untuk melihat kinerja penanganan stunting di
masing-masing desa dan kecamatan.
Sesuai data sistem
aplikasi online pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (ePPGBM)
sebut Alamsyah, angka prevalensi stunting di Kabupaten Bima sudah mencapai di bawah
standar nasional. Dengan capaian 20
persen.
“Hal ini menunjukkan penanganan konvergensi
dan inovasi berjalan baik dan mendapatkan dana insentif desa (DID). Namun,
perlu upaya berkesinambungan terkait apa yang harus dilakukan,” tandasnya.
Alamsyah menambahkan, terkait
penanganan stunting dan konvergensi tingkat kecamatan, aspek kelengkapan data
masih perlu ditingkatkan.
UPT Puskesmas kata dia, harus
mengetahui data dan menyampaikan kepada para kepala desa dan camat. Khususnya
hal-hal apa yang harus dilakukan.
“Penanganan stunting bersifat
multisektor dan multi dimensi, karena itu jejaring hingga ke tingkat desa harus
satu kata," kata Alamsyah.
Sementara itu, Kepala Bidang
Perencanan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Bima Raani Wahyuni ST MT MSc, memaparkan
beberapa indikator capaian penanganan stunting di tingkat kecamatan dan
desa.
Mengacu pada data ePPGBM
periode Februari 2020 sebut dia, angka prevalensi stunting di
Kabupaten Bima masih tercatat 23,9 persen.
“Angka ini sudah
jauh menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 40,8
persen Riskesdas 2013 dan 32,01 persen Riskesdas 2018," sebut Raani.
Keberhasilan tersebut jelas
Raani, ditopang oleh beberapa kegiatan penanganan lintas program dan
sektor. Seperti, pelaksanaan kelas gizi Balita.
Kegiatan lainnya yang turut
memberikan kontribusi beber Raani, yaitu kelas gizi ibu hamil, sarangge
gizi, gerakan jamban keluarga, dan gencarnya sosialisasi
ASI-Eksklusif.
Selain itu, pemberian makan
pada bayi dan anak (PMBA), program penyehatan lingkungan dan penyediaan sarana
dan prasarana air bersih dan sanitasi.
“Disamping adanya sembilan
dokumen dukungan regulasi daerah penanganan dan pencegahan stunting di Kabupaten
Bima,” ujarnya.
Raani menambahkan, di
Kabupaten Bima masih terdapat sejumlah faktor determinan penyebab masalah
gizi. Antara lain, tingkat kepemilikan kartu JKN atau BPJS hanya 47,3
persen, riwayat Balita penderita cacingan 35,6 persen dan banyaknya anggota
keluarga yang merokok 93,2 persen.