Perkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Ribuan Peserta Ikuti Apel Nusantara Bersatu di Bima
Pembacaan orasi persatuan dan kesatuan bangsa pada apel Nusantara Bersatu di Kota Bima, NTB. AKTUALITA.INFO , Kota Bima – Ribuan masy...
11/30/2016 02:59:00 PM
https://www.aktualita.info/2016/11/perkokoh-persatuan-dan-kesatuan-bangsa.html
Pembacaan orasi persatuan dan kesatuan bangsa pada apel Nusantara Bersatu di Kota Bima, NTB. |
AKTUALITA.INFO, Kota Bima – Ribuan masyarakat Kota dan Kabupaten Bima dari berbagai kalangan mengikuti apel Nusantara Bersatu di Lapangan Sera Suba, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Rabu (30/11/2016). Apel Nusantara Bersatu sebagai bagian dari upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Tokoh lintas agama, pejabat pemerintahan, tokoh masyarakat dan pemuda mengajak seluruh peserta untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Apel Nusantara Bersatu yang diprakarsai oleh TNI, dihadiri Wali Kota Bima HM Qurais H Abidin, Bupati dan Wakil Bupati Bima Hj Indah Damayanti Putri dan Drs H Dahlan M Noer, tokoh adat Bima Hj Siti Maryam Binti Muhammad Salahuddin. Ketua DPRD Kota Bima Fery Sofyan SH, Ketua DPRD Kabupaten Bima Murni Suciyati, Kepala Kejaksaan Negeri Raba Bima Eko Prayitno SH MH, Dandim 1608/Bima Kolonel Czi. Yudil Hendro, Kapolres Bima Kota AKBP Ahmad Nurman Ismail SIK, Kapolres Bima Kabupaten AKBP Eka Faturrahman SH SIK. Ketua MUI Kota Bima Drs HM Saleh Ismail, dan Ketua MUI Kabupaten Bima H Abdurrahim Haris MA.
Dandim 1608/Bima didampingi Kapolres Kota dan Kabupaten Bima, Kepala Kejaksaan Negeri Bima menyampaikan sambutan. |
Hadir pula para pejabat daerah Kota dan Kabupaten Bima dari berbagai tingkatan, perwakilan organisasi wanita, perwakilan paguyuban masyarakat yang ada di wilayah Bima antara lain dari suku Sasak, Bali, dan Jawa, para tokoh adat Bima, para tokoh masyarakat serta pemuka agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghutcu. Peserta berasal dari unsur pelajar, TNI, Kepolisian, masyarakat umum, pemuda serta perwakilan Aparatur Sipil Negara.
Pembacaan orasi seruan dilakukan oleh 7 pembaca. Yaitu Serma Fajrin sebagai perwakilan tokoh adat Bima, Ketua MUI Kota Bima yang mewakili tokoh agama Kota Bima, Ketua MUI Kabupaten Bima yang mewakili tokoh agama Kabupaten Bima, Ketua DPRD Kota Bima yang mewakili tokoh masyarakat Kota Bima, Ketua DPRD Kabupaten Bima yang mewakili tokoh masyarakat Kabupaten Bima, Bupati dan, Walikota.
Perwakilan tokoh agama Bima Jufrin mengingatkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Heterogenitas bangsa Indonesia adalah sesuatu yang tak terhindarkan dari adanya keanekaragaman suku bangsa yang berasal dari ribuan pulau yang tersebar dalam wilayah 34 Provinsi.
Ketua MUI Kabupaten Bima menjelaskan bahwa sifat heterogen juga bersumber pada keragaman agama. Dimana pemerintah mengakui adanya 6 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. “Dalam satu etnis dan satu agama, bisa terjadi perbedaan paham yang bisa meruncing menjadi konflik horisontal,” katanya.
Ketua MUI Kota Bima mengingatkan bahwa hampir setiap agama di Indonesia memiliki kelompok yang memiliki paham berbeda. Dalam satu etnis atau suku bisa terjadi berbagai kelompok dengan tradisi, perilaku dan cara hidup berbeda. “Kemajemukan ini jika tidak dikelola dengan baik maka menimbulkan kerawanan akan konflik,” ujarnya.
Ketua DPRD Kabupaten Bima menyatakan perlunya benteng dan filter atas semakin derasnya arus modernisasi dan globalisasi yang kian mereduksi semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Pengaruh globalisasi lewat teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, membuat bangsa Indonesia memiliki berbagai paham, persepsi dan pandangan yang berbeda sekaligus bertentangan.
Orasi ini diperkuat oleh pernyataan Ketua DPRD Kota Bima bahwa bangsa Indonesia harus menemukan kembali identitasnya di tengah ketidakpastian hidup akibat berbagai persoalan. Mulai dari kekisruhan politik, korupsi yang merajalela, hingga persoalan kemiskinan dan pengangguran yang kian menjebak bangsa ini dalam berbagai intrik, yang tak jarang berbuah konflik sosial, baik horisontal maupun vertikal.
Bupati Bima selanjutnya menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat Bima menghormati dan menjunjung tinggi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu: (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.
Empat konsensus tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, namun tetap memiliki porsi dan posisi yang berbeda-beda, dalam ranah konseptual maupun operasional. Bahwa Pancasila sebagai nilai-nilai dasar kebangsaan, Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai rambu-rambu dalam berkonstitusi, doktrin NKRI sebagai ruang kedaulatan dari Sabang sampai Merauke, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai simbol kemajemukan serta kesatuan dalam keberagaman, tidak terpisahkan sebagai falsafah negara.
Menutup orasi bersama tersebut, Wali Kota menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat Bima siap untuk setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, tetap menjaga kebhinekaan dengan menghargai perbedaan suku, bangsa dan agama, demi terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat yang damai untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya menolak segala bentuk faham yang anti Pancasila dan UUD 45, menolak dan menentang segala bentuk tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan perpecahan dan perselisihan di masyarakat dan mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terakhir, mengamalkan dan mengemban nilai nilai luhur pancasila sebagai landasan moral dan etika dalam membangun peradaban bangsa dan negara.
Orasi diikuti dengan pembacaan doa secara bergiliran oleh pemuka empat agama. Yaitu Islam, Katolik, Protestan dan Hindu. Untuk memperkuat nasionalisme, acara turut diisi dengan tarian daerah “Lewa Mori” yang ditampilkan oleh Sanggar Kesenian Sandaka Angi dari Kelurahan Sadia, pembacaan puisi perjuangan oleh pelajar SMAN 1 Kota Bima, serta lagu-lagu perjuangan oleh paduan suara SMAN 2 Kota Bima.
Menutup apel Nusantara Bersatu, Dandim 1608/Bima, Kapolres Bima Kabupaten, Kapolres Bima Kota, dan Kepala Kejaksaan Negeri Raba Bima mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten Bima. Mereka mengajak seluruh masyarakat untuk senantiasa berjuang bersama mewujudkan dan menjaga perdamaian bangsa Indonesia dengan menghormati semua keyakinan, suku dan ras yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
[AL]
Pekan lalu saya diajak untuk mengikuti Forum Komunikasi Antar Umat Beragama, terdiri dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), para perwakilan dari Katolik, Bamag, BMGK, Walubi, PHDI, komunitas Penghayat, dan Konghucu mengundang ormas-ormas yang peduli terhadap toleransi antar umat beragama, pluralisme, dan multikulturalisme. Maka di tengah situasi rawan sentimen SARA, provokasi rasis, dan politisasi agama untuk tujuan politik praktis seperti saat ini, saya dan para peserta sama-sama menyepakati perlunya semakin mendorong....... https://www.itsme.id/bersatu-kita-perkokoh-pelangi-nusanta…/
BalasHapus